Negara Berkembang dan Ketergantungan Informasi
Negara Berkembang dan Ketergantungan Informasi
Dr. Eko Harry Susanto,M.Si
I.Pendahuluan.
Negara Dunia Ketiga atau negara – negara Kawasan Selatan mempunyai persoalan yang pelik dalam urusan domestik maupun urusan internasional. Permasalahan yang muncul merupakan gambaran konkrit keadaan negara Dunia Ketiga yang belum establish secara sosial, ekonomi dan politik. Ketidak stabilan tersebut tampak dari timbulnya gejolak, konflik bahkan huru – hara yang terjadi di dalam negeri maupun dalam hubungan bilateral dengan negara lain. Dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi dalam penyebaran informasi , maka persoalan dalam negeri suatu negara berkembang selalu menimbulkan penilaian atau opini masyarakat internasional yang mempunyai kepentingan secara langsung maupun tidak langsung.
II.Posisi Negara Berkembang dalam Sosial Ekonomi dam Politik
Disatu sisi kedudukan negara Dunia Ketiga yang mempunyai ketergantungan dalam sosial, ekonomi maupun politik terhadap negara maju tidak dapat menghindar begitu saja dalam menanggapi opini initernasional yang merujuk pada tatanan universal seperti hak asasi manusia dan demokratisasi yang sulit diikuti oleh penguasa negara berkembang.
Ketidak mampuan mengatasi persoalan – persoalan dalam negeri ataupun masalah internasional dalam kerangka universal yang disepakati mengakibatkan posisi negara berkembang tersisih dalam komunikasi politik internasional, akibat lain adalah opini internasional selalu memberikan stigma bahwa negara Dunia Ketiga pada umumnya menjalankan kekuasaan secara otoriter, tidak menjunjung tinggi hak asasi manusia dan jauh dari makna demokrasi. Representasi sikap yang ditunjukkan oleh negara – negara maju terhadap stigma negatif tersebut adalah penggalangan opini internasional yang berupaya untuk menolak, mengasingkan secara ekonomis ataupun politis atau bahkan melakukan penyerangan secara langsung dalam suatu konflik frontal yang sebenarnya bertentangan pula dengan prinsip universal tentang hak asasi manusia.
III. Teori – Teori Ketergantungan
Dalam pandangan komunikasi, perbedaan antara negara kaya dan negara miskin atau pertentangan kawasan Utara dan kawasan Selatan setidaknya menimbulkan dampak terhadap opini internasional yang tidak seimbang sebab informasi dalam tataran global lebih banyak dikuasai oleh negara – negara maju. Esensi tersebut sama dengan apa yang dikemukakan oleh MacBride ( 1980 : 177 ) bahwa pertentangan Utara dan Selatan dua macam akibat yaitu; pertama, ketidak seimbangan dan ketidak samaan di dalam sistem komunikasi internasional; disamping itu jurang tersebut menuntut reaksi yang tepat terhadap masalah itu di media sendiri; sejalan dan mempunyai makna yang kurang lebih sama adalah pernyataan McQuail m( 1987 ) bahwa negara maju khusunya Amerika Serikat merupakan produsen informasi yang paling produktif untuk disebarkan ke seluruh dunia.
Bersaing untuk menciptakan keseimbangan dalam menciptakan opini, jika dikaitkan dengan konteks komunikasi politik internasional yang berupaya memposisikan kebenaran ada di pihak negara kawasan Selatan juga tidak mungkin berhasil tanpa keterlibatan negara maju yang menjadi sekutunya. Sebagaimana diketahui bahwa hampir semua negara maju selalu menjadi sekutu negara berkembang yang potensial secara ekonomis ( Chirot, 1976 : 8 ). Di pihak lain negara berkembang sangat membutuhkan dukungan teknologi, finansial maupun dukungan administrasi untuk menjalankan kekuasaannya seperti ditulis oleh Wallerstein (1979).
Hubungan antara Utara dan Selatan tersebut pada akhirnya mengacu pada terjadinya ketergantungan negara – negara berkembang atau negara miskin kepada negara kaya. Ketergantungan menurut Blomstrom dan Hettne (Suwarsono dan So, 1991 : 105 ) mempunyai asumsi dasar sebagai gejala yang sangat umum berlaku di seluruh negara Dunia Ketiga dan sebagai kondisi yang diakibatkan warisan sejarah dalam pembagian kerja internasional yang timpang, mengalirnya surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju serta nilai tukar perdagangan relatif yang rendah di negara miskin. Merujuk pada pendapat tersebut situasi ketergantungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses polarisasi regional di dalam tatanan ekonomi dunia yang global. Dalam perspektif komunikasi seperti banyak disinggung oleh Naisbitt ( 1994 ) bahwa globalisasi terbentuk karena interaksi yang berjalan dengan dukungan teknologi komunikasi dan sistem informasi serta pengembangan transportasi yang pesat.
IV. Ketergantungan Informasi
Ketergantungan yang didalamnya termasuk ketergantungan teknologi dan ketergantungan memperoleh informasi, padahal mengacu pada pendapat Naisbitt ( 1994 : 54 ) informasi adalah kekuasaan dalam paradigma global banyak dimiliki oleh negara – negara maju; sedangkan Berger ( 1978 : 47 ) menyebutkan bahwa informasi sangat berguna untuk mengurangi ketidak pastian, negara – negara maju mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk memperoleh informasi yang dapat menghindarkan dari kesulitan ekonomi maupun politik. Kita juga memaklumi betapa kekuasaan negara maupun korporasi bisnis yang ada di negara berkembang sangat tergantung pada informasi dari negara maju dalam berbagai hal dari nilai kurs mata uang , harga komoditas sampai pada pergolakan politik di negara; semua informasi itu diperlukan untuk menunjang jalannya kekuasaan maupun bisnis perusahaan.
Masih mempunyai kaitan dengan ketergantungan adalah pernyataan dari Fardiaz ( 1988 : 150 ) bahwa perkembangan teknologi telah menimbulkan revolusi komunikasi di berbagai penjuru dunia; bermula dari negara – negara industri yang telah maju dan berangsur- angsur merambat ke negara – negara sedang berkembang di Dunia Ketiga yang berusaha masuk dalam era informasi. Dari pendapat tersebut , jelas bahwa negara – negara Dunia Ketiga mempunyai ketergantungan yang besar terhadap informasi sedangkan informasi merupakan dominasi dari negara – negara maju yang bergeser meninggalkan era indutrialisasi dan masuk pada era informasi.
Topik lain yang selalu muncul dalam konteks ketergantungan adalah kemiskinan , kelaparan , kesehatan , pertambahan penduduk dan sejumlah problem sosial , ekonomi serta politik di negara Dunia Ketiga ,disisi lain surplus pangan, kekuatan finansial serta teknologi menjadikan negara maju mempunyai posisi yang sangat kuat untuk mendikte negara berkembang. ( Chirot,1983 : 243).
Posisi yang kuat dari negara maju membuat kemerdekaan politik menjadi terbatas bahkan digerogoti karena ketergantungan ekonomi; bahkan ketergantungan kebudayaan dan intelektual sama pentingnya dengan masalah ketergantungaan ekonomi dan penjajahan. Dalam kaitan ini MacBride ( 1983 ) mengemukakan bahwa komunikasi sering sekali merupakan pertukaran dua pihak yang tidak sama tinggi, menguntungkan yang lebih kuat , lebih kaya dan lebih lengkap fasilitasnya. Perbedaan di dalam kekuasaan dan kekayaan disengaja atau tidak mempunyai akibat dan pengaruh pada struktur dan arus komunikasi. Disinilah letak ketidak samaan, perbedaan dan ketidak seimbanagn pada komunikasi internasional khusunya antar negara maju dan negara berkembang.
IV. Penutup
Pengendalaian lewat sensor yang dominan selalu mempunyai penafsiran yang subyektif dari masyarakat atau penguasa politik. Diperparah lagi bahwa konsep – konsep media pembangunan yang selalu digunakan negara Dunia Ketiga terdapat unsur yang sama dengan teori media otoriter yang antara lain berisi bahwa kekuasaan negara sama sekali tidak memberikan kebebasan pada media massa, dilarang melakukan kecaman yang sifatnya merusak wewenang penguasa dan media selamanya harus tunduk kepada penguasa dalam semua pemberitaan yang tidak hanya menyangkut politik.
Merujuk pada pengendalaian media yang berorientasi pada teori media otoriter maupun teori media pembangunan maka rasanya memang sangat sulit media msasa di negara – negara Dunia Ketiga dapat menjalankan fungsi pernya secara bebas dan dapat memberikan informasi – informasi yang berkaitan dengan realitas politik.
Eko Harry Susanto
Daftar Pustaka
DeFleur, Melvin L (1970 ), Theories of Mass Communication, Second Edition, New York : David McKay Inc.
DeFleur, Melvin and Sandra J. Ball- Rokeach ( 1989 ) , Theories of Mass Communication, fifth edition , New York : Longman Inc.
McQuail,Denis ( 1987 ), Mass Communication Theory : An Introduction, second edition, London : Sage Publication.
Menta, SR ( 1972 ), Emerging Pattern of Rural Leadership, New Delhi : Willy Eastern
Nimmo,Dan ( 1993 ), Political Communication and Public Opinion in America, atau Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan dan Media, Cetakan kedua, terjemahan Tjun Surjaman, Bandung : Remaja Rosda Karya.
Ollien, Clarice N , George A. Donohue and Phillip J. Tichenor ( 1983 ), “Stucture, Communication and Social Power : Evolution of the Knowledge Gap Hypothesis”,Mass Communication Review Yearbook, eds. Ellen Wartella and D. Charles Whitney (ed), Volume 4, Baverly Hill, London : Sage Publications.
Explore posts in the same categories: Ekonomi, Komunikasi, Pendidikan, PolitikTags: Komunikasi Politik
You can comment below, or link to this permanent URL from your own site.
Leave a comment